Rabu, 04 Maret 2015

UPAYA MEMBENTUK PRIBADI YANG BERKARAKTER DAN BERINTEGRITAS MELALUI IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PENDIDIK











A. Ilustrasi untuk Refleksi Kita

Singapura merdeka pada tahun 1965 melalui proses penyerahan kekuasaan (Hand Over) oleh Inggris. Pada masa-masa awal kemerdekaannya Singapura melalui proses pembentukan karakter kebangsaannya dipandu oleh pemimpinnya bernama Lee Kwan Yew. Bangsa Singapura dibimbing untuk bekerja keras dan menyikapi keadaan dengan positif. Lee Kwan Yew setiap hari membagikan kartu-kartu pos (Post Card) bergambar pemandangan kota di negara Swiss yang bersih kepada penduduk Singapura. Ternyata Lee Kwan Yew mencoba untuk membentuk karakter penduduk Singapura dengan memberi contoh visual yang mudah mereka pahami. Dengan cara demikian, penduduk Singapura menjadi lebih mencintai kebersihan dan menerapkan perilaku kehidupan yang bersih dan disiplin.

Saat ini kita mengenal bangsa Singapura sebagai bangsa yang tangguh, beretos kerja tinggi, disiplin, dan selalu menjaga kebersihan. Negara Singapura juga sudah tumbuh ekonominya menjadi salah satu kekuatan ekonomi besar di lingkungan Asia Pasifik. Kemajuan bangsa Singapura juga bisa dilihat dari perkembangan teknologi informasi yang semakin canggih.

Kondisi Singapura yang semakin maju dewasa ini membuktikan bahwa kualitas SDM jauh lebih penting daripada kekayaan Sumber Daya Alam (SDA), karena dari aspek SDA justru Singapura tidak memiliki banyak potensi yang dapat dieksplorasi.

Ilustrasi ini menjadi refleksi bagi bangsa Indonesia yang memperoleh kemerdekaan dengan perjuangan bersenjata dan memiliki karunia Tuhan berupa kekayaan SDA yang melimpah namun sampai saat ini kita belum mampu bangkit menjadi kekuatan ekonomi yang maju sebagaimana Singapura. Pada tahun 1965 bangsa Singapura masih membentuk karakter sedangkan Indonesia yang telah merdeka dua puluh tahun sebelumnya telah menjadi bangsa yang berkarakter kuat. Presiden Soekarno sangat dihormati oleh kalangan pemimpin dunia termasuk Jhon F. Kennedy, Presiden Amerika Serikat. Presiden Soekarno berani mengatakan kepada Amerika Serikat, ”Go To Hell with your Aid” yang menunjukkan sikap yang sangat berani dan penuh percaya diri serta kemandirian yang kuat. Presiden Soekarno juga mampu menggalang dukungan dari banyak negara untuk membentuk aliansi kerja sama negara-negara kekuatan baru (New Emerging Forces) di luar Blok Barat dan Blok Timur.

Presiden Soekarno sangat memprioritaskan pembangunan karakter bangsa Indonesia. Ia mendambakan agar bangsa Indonesia mempunyai kepribadian yang tangguh untuk dapat berdiri sama tinggi dan duduk sama rendah serta memiliki kesetaraan di antara bangsa-bangsa terkemuka lain di dunia. Rumus Presiden Soekarno dalam membangun bangsa ini adalah Tiga Keutamaan yang lebih terkenal dengan singkatan Tri Sakti yang terdiri dari: 1) Berkemandirian dalam Ekonomi; 2) Berkedaulatan dalam Politik; dan 3) Berkepribadian dalam Kebudayaan.

Namun sekarang Indonesia telah menjadi bangsa yang mengalami kemunduran karakter. Mentalitas ingin cepat dapat hasil secara instan dan tidak mau bekerja keras untuk berproses secara wajar telah menggerus karakter bangsa Indonesia menjadi semakin lemah. Banyaknya kasus korupsi yang terkena pada generasi muda dan tokoh terpandang merupakan contoh nyata dari dampak karakter yang lemah tersebut. Oleh karena itu diperlukan upaya konkret untuk membangun karakter bangsa Indonesia menjadi lebih baik dan penuh integritas.

Tulisan ini mencoba menguraikan tentang langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk membentuk pribadi yang berkarakter kuat dan berintegritas tinggi. Metode dan pendekatan yang ditawarkan dalam tulisan ini adalah melalui pendidikan yang sistematis yaitu Pendidikan Anti Korupsi. Pada intinya ada 9 nilai dasar dari Pendidikan Anti Korupsi yang akan diuraikan. Selain itu juga dijelaskan tentang peran yang dilakukan Inspektorat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam implementasi Pendidikan Anti Korupsi.

B. Makna Karakter dan Integritas

Pribadi yang berkarakter adalah seseorang yang memiliki nilai-nilai kehidupan terpuji (Superior Values) dan memegang teguh nilai tersebut serta diamalkan dalam menjalani kegiatannya. Nilai-nilai utama kehidupan diperoleh seseorang dari berbagai sumber antara lain adalah agama, bimbingan keluarga, dan masyarakat. Agama apapun akan mengajarkan nilai-nilai perilaku kebaikan yang membimbing penganutnya untuk bersikap dan bertindak yang positif. Hal ini dapat dibuktikan bahwa bila seseorang jauh dari bimbingan agama maka ia akan cenderung untuk berperilaku negatif.

Keluarga yang harmonis akan memberikan cinta kasih dan contoh keteladanan bagi putera puterinya. Perhatian dan kehangatan cinta seorang ibu mampu memberi keseimbangan jiwa bagi anaknya. Perlindungan dan perjuangan seorang ayah akan memberi inspirasi kepada anaknya untuk senantiasa mempertahankan kehidupan dengan martabat yang mulia. Keluarga yang retak (broken home) dapat menimbulkan keguncangan jiwa dan kelemahan hati bagi anak walaupun ditemukan juga beberapa contoh kecil seseorang yang berhasil walau tumbuh di lingkungan keluarga yang hancur.

Pendidikan masyarakat terhadap seseorang adalah pendidikan hakiki yang sesungguhnya. Lingkungan yang sehat akan menjadi pondasi dan lahan persemaian benih jiwa yang tangguh dalam menempuh kehidupan. Tatanan kehidupan sosial budaya akan memperkaya pengalaman hidup seseorang dan menjadikannya lebih arif dan bijaksana serta bertoleransi terhadap perbedaan. Ia menyadari bahwa ia berada dalam suatu sistem kehidupan yang multi aspek. Ia akan mampu memberi apresiasi terhadap keanekaragaman sebagai suatu mozaik penuh warna yang indah dan simetris.

Pribadi yang berintegritas adalah seseorang yang mempunyai pendirian dan memegang prinsip. Makna integritas itu sendiri adalah satunya kata dengan perbuatan. Ia tidak akan melakukan sesuatu yang tidak diucapkannya. Perkataannya selalu memiliki nilai tambah. Ia tidak akan mengenakan sesuatu barang atau apapun yang berharga mahal dan mewah apabila ia mengucapkan bahwa ia ingin hidup sederhana. Ia tidak sembarangan dalam mengutarakan pendapatnya. Segala sesuatunya selalu dipertimbangkan dengan pemikiran dan kebijaksanaan yang matang.

Orang yang berintegritas adalah orang yang sudah memiliki kepribadian secara utuh. Ia menyadari kebutuhan sesuai dengan proporsinya. Ia selalu mampu mengendalikan diri dan berada dalam kecukupan serta tidak pernah berkekurangan atau berkelebihan. Ia memiliki konsep citra diri yang jelas dan mendapatkan kepribadian utuh melalui proses pembelajaran dari pengalaman hidup yang dilaluinya. Ia tidak perlu menempuh pendidikan kepribadian ala barat yang banyak berkembang dewasa ini.

Orang yang berintegritas adalah pribadi matang yang berorientasi pada proses, bukan pada hasil semata. Ia meyakini bahwa bila ia melaksanakan sesuatu sesuai dengan tahapan yang benar dengan cara sebaik-baiknya, maka hasil yang akan diperoleh pasti akan baik pula. Sebaliknya bila ia mengerjakan kegiatan dengan proses yang buruk, maka hasilnya juga akan buruk pula. Ia tidak akan tergiur untuk memperoleh hasil yang banyak dengan cara yang cepat dan tergesa-gesa.

C. Pendidikan Anti Korupsi

Pendidikan Anti Korupsi (PAK) adalah salah satu solusi yang dapat mengatasi masalah kelemahan karakter bangsa. PAK merupakan paket program pendidikan yang modul-modulnya disusun oleh pakar untuk semua jenjang pendidikan sejak pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi. Untuk mengimplementasikan PAK maka Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) telah bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang dalam hal ini adalah Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar, Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah, dan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.

KPK mengajukan PAK sebagai solusi mengatasi masalah lemahnya karakter bangsa didasarkan atas argumentasi yang matang. Upaya penindakan yang dilakukan oleh KPK selama ini terhadap kasus-kasus korupsi dirasakan belum memadai. Efek jera yang diharapkan muncul dari upaya penindakan belum sesuai dengan harapan. Masih banyak pihak yang mencoba mencari celah kelemahan hukum untuk terus berlaku curang dan merugikan keuangan negara.

Oleh karena itu perlu pendekatan yang lain di samping upaya penindakan. Pendekatan tersebut menggunakan pola dari dalam keluar (Inside Out) yaitu dengan menumbuhkan kesadaran jiwa yang pada akhirnya akan melahirkan perilaku tindakan yang mulia. Pendekatan seperti ini memerlukan waktu yang panjang dan tidak bisa instant. Pendekatan ini dapat dilakukan dengan menerapkan suatu pendidikan yang sistematis disebut dengan istilah Pendidikan Anti Korupsi (PAK).

D. Sembilan Nilai Pendidikan Anti Korupsi

Inspektorat Jenderal mendorong implementasi pendidikan anti korupsi melalui internalisasi sembilan nilai inti dalam pendidikan anti korupsi yaitu 1) Jujur; 2) Peduli; 3) Mandiri; 4) Disiplin; 5) Tanggung jawab; 6) Kerja keras; 7) Sederhana; 8) Berani; dan 9) Adil yang akan diimplementasikan dalam kegiatan pengajaran di setiap jenjang pendidikan. Berikut ini adalah uraian keterangan singkat dari kesembilan nilai tersebut.

1. Jujur

Kejujuran merupakan nilai dasar yang menjadi landasan utama bagi penegakan integritas diri seseorang. Tanpa adanya kejujuran mustahil seseorang bisa menjadi pribadi yang berintegritas. Seseorang dituntut untuk bisa berkata jujur dan transparan serta tidak berdusta baik terhadap diri sendiri maupun orang lain. Kejujuran juga akan terbawa dalam bekerja sehingga dapat membentengi diri terhadap godaan untuk berbuat curang.

2. Peduli

Kepedulian sosial kepada sesama menjadikan seseorang memiliki sifat kasih sayang. Individu yang memiliki jiwa sosial tinggi akan memperhatikan lingkungan sekelilingnya di mana masih terdapat banyak orang yang tidak mampu, menderita, dan membutuhkan uluran tangan. Pribadi dengan jiwa sosial tidak akan tergoda untuk memperkaya diri sendiri dengan cara yang tidak benar tetapi ia malah berupaya untuk menyisihkan sebagian penghasilannya untuk membantu sesama.

3. Mandiri

Kemandirian membentuk karakter yang kuat pada diri seseorang menjadi tidak bergantung terlalu banyak pada orang lain. Mentalitas kemandirian yang dimiliki seseorang memungkinkannya untuk mengoptimalkan daya pikirnya guna bekerja secara efektif. Jejaring sosial yang dimiliki pribadi yang mandiri dimanfaatkan untuk menunjang pekerjaannya tetapi tidak untuk mengalihkan tugasnya. Pribadi yang mandiri tidak akan menjalin hubungan dengan pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab demi mencapai keuntungan sesaat.

4. Disiplin

Disiplin adalah kunci keberhasilan semua orang. Ketekunan dan konsistensi untuk terus mengembangkan potensi diri membuat seseorang akan selalu mampu memberdayakan dirinya dalam menjalani tugasnya. Kepatuhan pada prinsip kebaikan dan kebenaran menjadi pegangan utama dalam bekerja. Seseorang yang mempunyai pegangan kuat terhadap nilai kedisiplinan tidak akan terjerumus dalam kemalasan yang mendambakan kekayaan dengan cara yang mudah.

5. Tanggungjawab

Pribadi yang utuh dan mengenal diri dengan baik akan menyadari bahwa keberadaan dirinya di muka bumi adalah untuk melakukan perbuatan baik demi kemaslahatan sesama manusia. Segala tindak tanduk dan kegiatan yang dilakukannya akan dipertanggungjawabkan sepenuhnya kepada Tuhan Yang Maha Esa, masyarakat, negara, dan bangsanya. Dengan kesadaran seperti ini maka seseorang tidak akan tergelincir dalam perbuatan tercela dan nista.

6. Kerja Keras

Perbedaan nyata akan jelas terlihat antara seseorang yang mempunyai etos kerja dengan yang tidak memilikinya. Individu beretos kerja akan selalu berupaya meningkatkan kualitas hasil kerjanya demi terwujudnya kemanfaatan publik yang sebesar-besarnya. Ia mencurahkan daya pikir dan kemampuannya untuk melaksanakan tugas dan berkarya dengan sebaik-baiknya. Ia tidak akan mau memperoleh sesuatu tanpa mengeluarkan keringat.

7. Sederhana

Pribadi yang berintegritas tinggi adalah seseorang yang menyadari kebutuhannya dan berupaya memenuhi kebutuhannya dengan semestinya tanpa berlebih-lebihan. Ia tidak tergoda untuk hidup dalam gelimang kemewahan. Kekayaan utama yang menjadi modal kehidupannya adalah ilmu pengetahuan. Ia sadar bahwa mengejar harta tidak akan pernah ada habisnya karena hawa nafsu keserakahan akan selalu memacu untuk mencari harta sebanyak-banyaknya.

8. Berani

Seseorang yang memiliki karakter kuat akan memiliki keberanian untuk menyatakan kebenaran dan menolak kebathilan. Ia tidak akan mentolerir adanya penyimpangan dan berani menyatakan penyangkalan secara tegas. Ia juga berani berdiri sendirian dalam kebenaran walaupun semua kolega dan teman-teman sejawatnya melakukan perbuatan yang menyimpang dari hal yang semestinya. Ia tidak takut dimusuhi dan tidak memiliki teman kalau ternyata mereka mengajak kepada hal-hal yang menyimpang.


9. Adil

Pribadi dengan karakter yang baik akan menyadari bahwa apa yang dia terima sesuai dengan jerih payahnya. Ia tidak akan menuntut untuk mendapatkan lebih dari apa yang ia sudah upayakan. Bila ia seorang pimpinan maka ia akan memberi kompensasi yang adil kepada bawahannya sesuai dengan kinerjanya. Ia juga ingin mewujudkan keadilan dan kemakmuran bagi masyarakat dan bangsanya.

E. Penutup

Upaya-upaya untuk membentuk karakter dan integritas bangsa Indonesia yang lebih baik harus didukung penuh. Pendidikan Anti Korupsi merupakan salah satu upaya positif yang dapat menjadi solusi efektif dalam mengatasi masalah lemahnya karakter dan integritas walaupun akan memakan waktu yang lama. Pendidikan memang suatu proses panjang yang harus ditempuh untuk membentuk perilaku seseorang. Sembilan nilai yang telah dirumuskan dalam pendidikan anti korupsi akan menjadi instrumen pranata yang akan memandu implementasi jalannya pendidikan tersebut. Inspektorat Jenderal akan terus mendukung terlaksananya pendidikan anti korupsi di semua jenjang pendidikan agar berjalan secara efektif dan menghasilkan hasil yang optimal.