Sabtu, 05 Juli 2014

MENGUAK KERAJAAN MERAPI DAN PARA PENJAGA MERAPI


Merapi dan mitos adalah 2 hal yang tidak dapat dipisahkan.  Keberadaan Merapi dengan segala aktifitasnya selalu berkaitan dengan mitos yang tersebar di masyarakat.  Orang Jawa dalam kehidupannya sejak zaman prasejarah bahkan sampai sekarang masih memegang kuat kepercayaan  terhadap hal-hal yang berbau mistik. Hal demikian tidak lepas dari unsur Sejarah, unsur Agama (terutama Hindu dan Budha) dan unsur kepercayaan Animisme.

Dalam hal ini saya akan memaparkan beberapa hal mengenai Merapi yang dianggap tabu namun layak untuk diperbincangkan. Makalah ini akan mengungkap keberadaan Kerajaan Merapi dan para tokoh penjaga merapi yang selama ini menjadi mitos di kalangan masyarakat tanah Jawa.

Orang yang tinggal di daerah Gunung Merapi percaya bahwa ada Keraton Mahluk Halus di gunungnya yang mirip Kraton Mataram dalam dunia manusia. Konon Panembahan Senopati pendiri kerajaan Mataram memperoleh kemenangan dalam perang melawan kerajaan Pajang dengan bantuan penguasa Merapi. Gunung Merapi meletus hingga menewaskan pasukan tentara Pajang, sisanya lari pontang-panting ketakutan. Penduduk yakin bahwa Gunung Merapi selain dihuni oleh manusia juga dihuni oleh makhluk makhluk lainnya yang mereka sebut sebagai bangsa alus atau makhluk halus. Penduduk di daerah Gunung Merapi mempunyai kepercayaan tentang adanya tempat-tempat angker atau sakral. Besarnya rasa percaya masyarakat setempat terhadap keberadaan Eyang Merapi membuat mereka yakin bahwa akan hal-hal yang mistis yang terjadi menimpa masyarakat. Misalnya, pintu gerbang kramat, penduduk yang tinggal di lereng gunung Merapi itu percaya bahwa pintu gerbang tersebut penangkal dari segala marabahaya.

Para praktikan kebatinan mampu melihat kemegahan Keraton Merapi yang indah gemerlap tersebut dengan mata batinnya. Salah satu mitos yang begitu kuat di kalangan masyarakat, bahwa kawasan selatan merupakan halaman kerajaan gaib Merapi.

Pintu gerbang yang berdiri selama 9 abad itu nyaris pernah tersentuh bencana gunung Merapi. Padahal secara teknis daerah tersebut termasuk daftar daerah bahaya. Hal itu juga tak lepas dari keberadaan dua buah bukit (Wutah dan Kendit) yang berfungsi sebagai benteng desa-desa sekitar Kinahrejo.  Menurut penuturan warga, Bukit Kendit maupun bukit Wutah masuk dalam wilayah kekuasan Eyang Merapi. Itukan pasebannya (tempat untuk menghadap raja) kraton Eyang Merapi.

Tempat-tempat yang paling angker di Gunung Merapi adalah kawah Merapi sebagai Istana dan pusat Kraton mahluk halus Gunung Merapi. Di bawah puncak Gunung Merapi ada daerah batuan dan pasir yang bernama “Pasar Bubrah” yang oleh masyarakat dipercaya sebagai tempat yang sangat angker. “Pasar Bubrah” tersebut dipercaya masyarakat sebagai pasar besar Kraton Merapi dan pada batu besar yang berserakan di daerah itu dianggap sebagai warung dan meja kursi mahkluk halus

Bagian dari Kraton mahluk halus Merapi yang dianggap angker adalah Gunung Wutoh yang digunakan sebagai pintu gerbang utama Kraton Merapi. Gunung Wutoh dijaga oleh mahkluk halus yaitu “Nyai Gadung Melati”yang bertugas melindungi lingkungan di daerah gunungnya termasuk tanaman serta hewan.

Selain tempat yang berhubungan langsung dengan Kraton Merapi ada juga tempat lain yang dianggap angker. Daerah sekitar makam Sjech Djumadil Qubro merupakan tempat angker karena makamnya adalah makam untuk nenek moyang penduduk dan itu harus dihormati.

Selanjutnya tempat-tempat lain seperti di hutan, sumber air, petilasan, sungai dan jurang juga dianggap angker. Beberapa hutan yang dianggap angker yaitu: “Hutan Patuk Alap-alap” dimana tempat tersebut digunakan untuk tempat penggembalaan ternak milik Kraton Merapi , “Hutan Gamelan dan Bingungan” serta “Hutan Pijen dadn Blumbang”. Bukit Turgo, Plawangan, Telaga putri, Muncar, Goa Jepang, Umbul Temanten, Bebeng, Ringin Putih dan Watu Gajah.

Beberapa jenis binatang keramat tinggal di hutan sekeliling Gunung Merapi dimiliki oleh Eyang Merapi. Binatang hutan, terutama macan putih yang tinggal di hutan Blumbang, pantang di tangkap atau di bunuh. Selanjautnya kuda yang tinggal di hutan Patuk Alap-alap, di sekitar Gunung Wutoh, dan diantara Gunung Selokopo Ngisor dan Gunung Gajah Mungkur adalah dianggap/dipakai oleh rakyat Kraton Mahluk Halus Merapi sebagai binatang tunggangan dan penarik kereta.

Dalam Kraton merapi terdapat organisasi sendiri yang mengatur hirarki pemerintahan dengan segala atribut dan aktivitasnya. Keraton Gunung Merapi ini dihuni oleh sembilan penjaga mahluk halus.

Makhluk penjaga merapi itu antara lain :

1. Eyang Merapi. Penduduk setempat mengatakan Eyang Merapi sebagai penunggunya. Tapi siapakah sebenarnya Eyang Merapi itu? Menurut mbah Maridjan, Eyang Merapi adalah seorang raja sekaligus tokoh utama yang menjadi pimpinan seluruh lelembut penghuni Merapi.

2. Eyang Sapu Jagad. Tokoh kedua yang keberadaannya juga masyarakat setempat adalah Eyang Sapu Jagad. Penunggu kawah Merapi inilah yang memegang kunci meledak atau tidaknya gunung tersebut. Makanya, demi menjaga kemarahannya, setiap tahun sekali Kraton Jogjakarta menyelenggarakan ritual labuhan yang dipersembahkan kepadanya, termasuk kedua panglimanya yakni Kyai Grinjing Wesi dan Kyai Grinjing Kawat.

3. Eyang Megantara. Tokoh ketiga adalah Eyang Megantara. Pemuka dedemit yang berdiam diri di puncak Merapi ini memiliki kewenangan mengendalikan cuaca dan mengawasi sekitar kawasan Merapi. Tidak banyak penjelasan tentang tokoh ketiga dari Penunggu Gunung Merapi ini.

4. Nyi Gadung Melati. Tokoh keempat adalah Nyi Gadung Melati, dia pemimpin dedemit wanita dengan ratusan pasukannya yang rata-rata berwajah manis serta berseragam busana warna hijau pupus pisang. Tugas pokoknya adalah menjaga kesuburan tanaman gunung.

5. Eyang Antaboga. Tokoh kelima adalah Eyang Antaboga. Makhluk dari bangsa jin ini mendapat tugas cukup berat karena harus selalu menjaga keseimbangan gunung agar tidak tenggelam ke dalam bumi.

6. Kyai Petruk. Tokoh keenam adalah Kyai Petruk. Pemuka jin ini bertugas member wangsit mengenai waktu meletusnya Merapi, termasuk  juga member kiat – kiat tertentu kepada penduduk agar terhindar dari ancaman bahaya lahar panas Merapi. Di pundak jin inilah keselamatan penduduk tergantung.

7. Kyai Sapu Angin. Tokoh ketujuh adalah Kyai Sapu Angin. Tokoh ketujuh ini merupakan pemimpin roh halus yang khusus mengatur arah angin.

8. Kyai Wola Wali. Tokoh kedelapan adalah Kyai Wola Wali. Tokoh ini bertugas menjaga sembari mengatur teras Keraton Merapi.

9. Kartadimejo. Tokoh kesembilan ini bertugas sebagai komandan pasukan makhluk halus sekaligus menjaga ternak serta satwa gunung, termasuk memberi kepastian kepada penduduk tentang kapan tepatnya Merapi meletus. Jin terakhir ini kerap mendatangi penduduk sehingga namanya cukup terkenal di kalangan penduduk Merapi.


Begitu besarnya jasa-jasa yang telah diberikan oleh tokoh-tokoh penghuni Gunung Merapi, maka sebagai wujud kecintaan mereka dan terima kasih terhadap Gunung Merapi masyarakat di sekitar Gunung Merapi memberikan suatu upeti yaitu dalam bentuk upacara-upacara ritual keagamaan. Sudah menjadi tradisi keagamaan orang jawa yaitu dengan mengadakan Selamatan atau Wilujengan, dengan melakukan upacara keagamaan dan tindakan keramat.


Upacara Selamatan Labuhan diadakan secara rutin setiap tahun pada tanggal kelahiran Sri Sultan Hamengku Buwono X yakni tanggal 30 Rajab. Upacara dipusatkan di dusun Kinahrejo desa Umbulharjo. Pada waktu – waktu yang lalu Mbah Marijan sebagai juru kunci Gunung Merapi yang bertugas sebagai pemimpin upacara labuhan.

Di Selo setiap tahun baru jawa 1 Suro di adakan upacara Sedekah Gunung, dengan harapan masyarakat menjadi aman, tentram dan sejahtera, dengan panen yang melimpah. Upacara ini disertai dengan menanam kepala kerbau di puncak Merapi atau di Pasar Bubrah.

Dalam dunia nyata, dikenal seorang tokoh penjaga Merapi yaitu Raden Mas Panewu Surakso Hargo yang akrab dipanggil  Mbah Maridjan. Mbah Maridjan sendiri konon mampu berkomunikasi dengan beberapa penunggu Gunung Merapi, maka tak heran dia selalu menunggu wangsit dari Kyai Petruk untuk tindakan selanjutnya bila Gunung Merapi mengeluarkan gelagat akan meletus. Lewat Kyai Petruklah Mbah Maridjan sudah puluhan tahun menjadi Juru Kunci Gunung Merapi selalu selamat dari akibat letusannya.

Selama ini memang sudah terbukti bahwa dimana Mbah Maridjan tinggal yaitu desa Kinahrejo  selalu luput dari ancaman bahaya lahar panas atau Wedhus Gembelnya Merapi, desa yang konon termasuk desa kesayangan Eyang Merapi itu juga menjadi sebuah representasi dari sebuah suasana kehidupan yang serba nyaman dan tentram.

Dalam bahasa Mbah Maridjan ini bahwa gejolak di Gunung Merapi diterjemahkan sebagai “eyang” yang melenggahinya sedang punya hajat membangun keraton. Mbah Maridjan yang pantang menggunakan istilah “Gunung Merapi meletus”, menjelaskan bahwa di saat eyang sedang punya hajat semua orang di lingkungan Merapi harus sabar, tabah dan tawakal.

Letusan Merapi tahun ini cukup hebat dan berlangsung cukup lama, konon Eyang Merapi tengah punya HAJAT BESAR yang dimulai sejak tanggal 10-10-2010 lalu. Untuk itu ia mengundang juru kunci Merapi sebagai wakil dari Keraton Jogjakarta untuk menghadap ke Keratonnya. Mbah Maridjan mungkin sudah menerima wangsit yang berupa undangan dari Eyang Merapi, maka ia tak beranjak untuk meninggalkan kediamannya demi menerima undangan sang penguasa Gunung Merapi itu.

Gunung Merapi dan Mbah Marijan adalah dua hal yang sulit dipisahkan. Keberadaan lelaki tua Mbah Marijan dan kawan-kawannya itulah manusia lebih, mau membuka mata dan telinga batinnya untuk melihat apa yang tidak kasad mata di sekitar Gunung Merapi. Meninggalnya Mbah Maridjan dalam posisi sujud ke arah selatan menggambarkan bahwa beliau menghormati Keraton Yogyakarta dan mengabdi sampai akhir hayatnya. Demikianlah cerita mengenai Keraton Merapi beserta para penjaga – penjaga Merapi yang selalu menjalankan tugasnya masing – masing.



Daftar Pustaka

http://sosbud.kompasiana.com/2010/11/01/mbah-maridjan-dikawal-ketika-menghadap-eyang-merapi/

http://thephenomena.wordpress.com/2010/11/01/penampakan-mbah-petruk-sebelum-gunung-merapi-meletus/

http://www.wartabola.com/berita-lain/sejarah-gunung-merapi-dari-segi-mistik

http://surabaya-metropolis.com/primbon/gunung-merapi-pusat-keraton-makhluk-halus.html

http://bataviase.co.id/node/450455

PERSEPSI TENTANG TUHAN

Persepsi tentang Tuhan

oleh : Srikandi Sedjati

Tuhan dalam dunia kejawen memang masih
ambivalen,maksudnya,masih menganut
imanensi.
Percaya terhadap tuhan adalah mutlak
bagi semua makluk hidup.
Tuhan adalah
supranatural.
Tuhan berada di alam jagat raya dan diri
manusia.
Tegasnya tidak sedikit manusia yang
mengangap bahwa tuhan adalah hanya sebagai
ide yang berada jauh di luar ciptaanya.
Bahkan
lepas dari segala hubungan, ia di pandang sebagai
yang mutklak lalu di ungkapkan sebagai“tan kena kinaya ngapa,tan kena winarasa”yang artinya : Tuhan tak dapat di reka-reka oleh fikiran
manusia,berarti tuhan adalah maha agung.
Dalam pandangan kejawen,alam semesta
bermula dari dzat baru lahir sifat.
Pada hakikatnya
dzat dan sifat saling mempengaruhi.
Keduanya
serempak menimbulkan hidup.
Hidup timbul dari awang-awung (sunyayuri) alam sunyayuri di sebut
juga Adam makdum.
Dalam alam ini,tidak ada apa-
apa,yang ada adalah ketiadaan itu sendiri,dalam
kasanah kejawen,alam owang-awung adalah“ora ono ning ono”(tak ada,tapi sebenarnya ada).
Di alam ini,dzat yang ada lebih dahulu karena di abadi, hidup akan menjadi ada, setelah di
lengkapi dengan anasir,angin,api,air,dan
tanah.atas dasar keempat anasir itu,terciptalah
adam sebagai perwujudan sifat ingsun
(Tuhan).
Itulah keturunan adam sampai
sekarang,termasuk pelaku mistis akan menuju Ingsun tersebut.
Hanya saja kerena ingsun adalah gaib,yang
sering di tuturkan“isih durung karuhan pangonane”artinya belum jelas di mana tempatnya.
Untuk selalu menuju Tuhan tersebut
Selalu“tumancep ing angen-angen”(berada dalam fikiran terus menerus) menyatu menjadi kehendak
lalu di sebut pangesti.
Uniknya,siapa Tuhan dalam kehidupan
masyarakat jawa berada pada ungkapan“tan kena
kinaya ngapa”artinya tak dapat di bandingkan.
Ada dan tak ada sebenarnya menyatu,ada dan tiada sebenarnya terletak pada hidup itu
sendiri,hidup adalah satu (siji) tetapi terbagi
menjadi banyak (ngawiji-wiji),hidup ibarat air,ia
akan terpancar kemana-mana,namun satu
hakikatnya,air di mana-mana sama,kecuali yang
telah di rekayasa,untuk mencapai alam sunyayuri,orang jawa menjalankan mistik kejawen
dengan jalan heneng,hening,heleng,hawas
.
Kita wajib tahu,bahwa semua yang berada pada alam semesta teryata ada dalam diri manusia
dan di antaranya sebagai berikut:
1.Golekana galihing kangkung:
Artine : ibarat sukma yang ada pada diri palaku mistis,sukma itu
ada tetapi sulit diketahui,seperti galih
kangkung,batang kangkung berlubang di
tengahnya,berbeda dengan pohon jati yang
tampak galihnya.itu berarti galih kangkung itu
sangat gaib.
2. Manuk mabur ngungkuli langit :
Artine : manusia dalam menjalankan mistis harus mengetahui di
mana tempat angin bersarang,ini ibarat dari tempat
persembuyian angin,yaitu jantung manusia,ketika
jantung manusia tidak berdenyut lagi,manusia
tidak mampu menghirup angin,berarti di telah
mati.
3.Golek geni adedamar lan golek banyu apikulan warih:
Artine : Mencari api berbekal api dan mencari air sambil membawa air,keduanya ibarat
asal-usul manusia,yakni memiliki anasir api dan
angin,dari anasir api manusia akan mengeluarkan
api yang berupa nafsu dan energi,dan dari anasir
airpun,manusia akan mengeluarkan air hal ini
sejajar dengan‘tirta kinemulan warih” yang artinya dalam diri kita yang terdapat sumber kekuatan
baik itu dari api maupun air.
Jika aku di bandingin dengan kamu, dia, mereka, apalagi Tuhan,,
aku iki ora ono opo-opone, sing aku iki wong biasa, wong apa adanya, wong lugu, jika di bandingin dengan yang lebih tinggi, .., Wong....bijaksana, wong objektif pikirane...wong sabar...wong....wong...wong....
Maafin aku, ngomong jawane belepotan, namun kita semua sedulur...
= 07062014=