Merapi dan mitos adalah 2 hal yang tidak dapat dipisahkan. Keberadaan Merapi dengan segala aktifitasnya selalu berkaitan dengan mitos yang tersebar di masyarakat. Orang Jawa dalam kehidupannya sejak zaman prasejarah bahkan sampai sekarang masih memegang kuat kepercayaan terhadap hal-hal yang berbau mistik. Hal demikian tidak lepas dari unsur Sejarah, unsur Agama (terutama Hindu dan Budha) dan unsur kepercayaan Animisme.
Dalam hal ini saya akan memaparkan beberapa hal mengenai
Merapi yang dianggap tabu namun layak untuk diperbincangkan. Makalah ini akan
mengungkap keberadaan Kerajaan Merapi dan para tokoh penjaga merapi yang selama
ini menjadi mitos di kalangan masyarakat tanah Jawa.
Orang yang tinggal di daerah Gunung Merapi percaya bahwa ada
Keraton Mahluk Halus di gunungnya yang mirip Kraton Mataram dalam dunia
manusia. Konon Panembahan Senopati pendiri kerajaan Mataram memperoleh
kemenangan dalam perang melawan kerajaan Pajang dengan bantuan penguasa Merapi.
Gunung Merapi meletus hingga menewaskan pasukan tentara Pajang, sisanya lari
pontang-panting ketakutan. Penduduk yakin bahwa Gunung Merapi selain dihuni
oleh manusia juga dihuni oleh makhluk makhluk lainnya yang mereka sebut sebagai
bangsa alus atau makhluk halus. Penduduk di daerah Gunung Merapi mempunyai
kepercayaan tentang adanya tempat-tempat angker atau sakral. Besarnya rasa
percaya masyarakat setempat terhadap keberadaan Eyang Merapi membuat mereka
yakin bahwa akan hal-hal yang mistis yang terjadi menimpa masyarakat. Misalnya,
pintu gerbang kramat, penduduk yang tinggal di lereng gunung Merapi itu percaya
bahwa pintu gerbang tersebut penangkal dari segala marabahaya.
Para praktikan kebatinan mampu melihat kemegahan Keraton
Merapi yang indah gemerlap tersebut dengan mata batinnya. Salah satu mitos yang
begitu kuat di kalangan masyarakat, bahwa kawasan selatan merupakan halaman
kerajaan gaib Merapi.
Pintu gerbang yang berdiri selama 9 abad itu nyaris pernah
tersentuh bencana gunung Merapi. Padahal secara teknis daerah tersebut termasuk
daftar daerah bahaya. Hal itu juga tak lepas dari keberadaan dua buah bukit
(Wutah dan Kendit) yang berfungsi sebagai benteng desa-desa sekitar
Kinahrejo. Menurut penuturan warga,
Bukit Kendit maupun bukit Wutah masuk dalam wilayah kekuasan Eyang Merapi.
Itukan pasebannya (tempat untuk menghadap raja) kraton Eyang Merapi.
Tempat-tempat yang paling angker di Gunung Merapi adalah
kawah Merapi sebagai Istana dan pusat Kraton mahluk halus Gunung Merapi. Di bawah
puncak Gunung Merapi ada daerah batuan dan pasir yang bernama “Pasar Bubrah”
yang oleh masyarakat dipercaya sebagai tempat yang sangat angker. “Pasar
Bubrah” tersebut dipercaya masyarakat sebagai pasar besar Kraton Merapi dan
pada batu besar yang berserakan di daerah itu dianggap sebagai warung dan meja
kursi mahkluk halus
Bagian dari Kraton mahluk halus Merapi yang dianggap angker
adalah Gunung Wutoh yang digunakan sebagai pintu gerbang utama Kraton Merapi.
Gunung Wutoh dijaga oleh mahkluk halus yaitu “Nyai Gadung Melati”yang bertugas
melindungi lingkungan di daerah gunungnya termasuk tanaman serta hewan.
Selain tempat yang berhubungan langsung dengan Kraton Merapi
ada juga tempat lain yang dianggap angker. Daerah sekitar makam Sjech Djumadil
Qubro merupakan tempat angker karena makamnya adalah makam untuk nenek moyang
penduduk dan itu harus dihormati.
Selanjutnya tempat-tempat lain seperti di hutan, sumber air,
petilasan, sungai dan jurang juga dianggap angker. Beberapa hutan yang dianggap
angker yaitu: “Hutan Patuk Alap-alap” dimana tempat tersebut digunakan untuk
tempat penggembalaan ternak milik Kraton Merapi , “Hutan Gamelan dan Bingungan”
serta “Hutan Pijen dadn Blumbang”. Bukit Turgo, Plawangan, Telaga putri,
Muncar, Goa Jepang, Umbul Temanten, Bebeng, Ringin Putih dan Watu Gajah.
Beberapa jenis binatang keramat tinggal di hutan sekeliling
Gunung Merapi dimiliki oleh Eyang Merapi. Binatang hutan, terutama macan putih
yang tinggal di hutan Blumbang, pantang di tangkap atau di bunuh. Selanjautnya
kuda yang tinggal di hutan Patuk Alap-alap, di sekitar Gunung Wutoh, dan
diantara Gunung Selokopo Ngisor dan Gunung Gajah Mungkur adalah
dianggap/dipakai oleh rakyat Kraton Mahluk Halus Merapi sebagai binatang
tunggangan dan penarik kereta.
Dalam Kraton merapi terdapat organisasi sendiri yang
mengatur hirarki pemerintahan dengan segala atribut dan aktivitasnya. Keraton
Gunung Merapi ini dihuni oleh sembilan penjaga mahluk halus.
Makhluk penjaga
merapi itu antara lain :
1. Eyang Merapi.
Penduduk setempat mengatakan Eyang Merapi sebagai penunggunya. Tapi siapakah
sebenarnya Eyang Merapi itu? Menurut mbah Maridjan, Eyang Merapi adalah seorang
raja sekaligus tokoh utama yang menjadi pimpinan seluruh lelembut penghuni
Merapi.
2. Eyang Sapu
Jagad. Tokoh kedua yang keberadaannya juga masyarakat setempat adalah Eyang
Sapu Jagad. Penunggu kawah Merapi inilah yang memegang kunci meledak atau
tidaknya gunung tersebut. Makanya, demi menjaga kemarahannya, setiap tahun
sekali Kraton Jogjakarta menyelenggarakan ritual labuhan yang dipersembahkan
kepadanya, termasuk kedua panglimanya yakni Kyai Grinjing Wesi dan Kyai
Grinjing Kawat.
3. Eyang
Megantara. Tokoh ketiga adalah Eyang Megantara. Pemuka dedemit yang berdiam
diri di puncak Merapi ini memiliki kewenangan mengendalikan cuaca dan mengawasi
sekitar kawasan Merapi. Tidak banyak penjelasan tentang tokoh ketiga dari
Penunggu Gunung Merapi ini.
4. Nyi Gadung
Melati. Tokoh keempat adalah Nyi Gadung Melati, dia pemimpin dedemit wanita
dengan ratusan pasukannya yang rata-rata berwajah manis serta berseragam busana
warna hijau pupus pisang. Tugas pokoknya adalah menjaga kesuburan tanaman
gunung.
5. Eyang Antaboga.
Tokoh kelima adalah Eyang Antaboga. Makhluk dari bangsa jin ini mendapat tugas
cukup berat karena harus selalu menjaga keseimbangan gunung agar tidak
tenggelam ke dalam bumi.
6. Kyai Petruk.
Tokoh keenam adalah Kyai Petruk. Pemuka jin ini bertugas member wangsit
mengenai waktu meletusnya Merapi, termasuk
juga member kiat – kiat tertentu kepada penduduk agar terhindar dari
ancaman bahaya lahar panas Merapi. Di pundak jin inilah keselamatan penduduk
tergantung.
7. Kyai Sapu Angin.
Tokoh ketujuh adalah Kyai Sapu Angin. Tokoh ketujuh ini merupakan pemimpin roh
halus yang khusus mengatur arah angin.
8. Kyai Wola Wali.
Tokoh kedelapan adalah Kyai Wola Wali. Tokoh ini bertugas menjaga sembari
mengatur teras Keraton Merapi.
9. Kartadimejo.
Tokoh kesembilan ini bertugas sebagai komandan pasukan makhluk halus sekaligus
menjaga ternak serta satwa gunung, termasuk memberi kepastian kepada penduduk
tentang kapan tepatnya Merapi meletus. Jin terakhir ini kerap mendatangi
penduduk sehingga namanya cukup terkenal di kalangan penduduk Merapi.
Begitu besarnya jasa-jasa yang telah diberikan oleh
tokoh-tokoh penghuni Gunung Merapi, maka sebagai wujud kecintaan mereka dan
terima kasih terhadap Gunung Merapi masyarakat di sekitar Gunung Merapi
memberikan suatu upeti yaitu dalam bentuk upacara-upacara ritual keagamaan.
Sudah menjadi tradisi keagamaan orang jawa yaitu dengan mengadakan Selamatan
atau Wilujengan, dengan melakukan upacara keagamaan dan tindakan keramat.
Upacara Selamatan Labuhan diadakan secara rutin setiap tahun
pada tanggal kelahiran Sri Sultan Hamengku Buwono X yakni tanggal 30 Rajab.
Upacara dipusatkan di dusun Kinahrejo desa Umbulharjo. Pada waktu – waktu yang
lalu Mbah Marijan sebagai juru kunci Gunung Merapi yang bertugas sebagai
pemimpin upacara labuhan.
Di Selo setiap tahun baru jawa 1 Suro di adakan upacara
Sedekah Gunung, dengan harapan masyarakat menjadi aman, tentram dan sejahtera,
dengan panen yang melimpah. Upacara ini disertai dengan menanam kepala kerbau
di puncak Merapi atau di Pasar Bubrah.
Dalam dunia nyata, dikenal seorang tokoh penjaga Merapi
yaitu Raden Mas Panewu Surakso Hargo yang akrab dipanggil Mbah Maridjan. Mbah Maridjan sendiri konon
mampu berkomunikasi dengan beberapa penunggu Gunung Merapi, maka tak heran dia
selalu menunggu wangsit dari Kyai Petruk untuk tindakan selanjutnya bila Gunung
Merapi mengeluarkan gelagat akan meletus. Lewat Kyai Petruklah Mbah Maridjan
sudah puluhan tahun menjadi Juru Kunci Gunung Merapi selalu selamat dari akibat
letusannya.
Selama ini memang sudah terbukti bahwa dimana Mbah Maridjan
tinggal yaitu desa Kinahrejo selalu
luput dari ancaman bahaya lahar panas atau Wedhus Gembelnya Merapi, desa yang
konon termasuk desa kesayangan Eyang Merapi itu juga menjadi sebuah
representasi dari sebuah suasana kehidupan yang serba nyaman dan tentram.
Dalam bahasa Mbah Maridjan ini bahwa gejolak di Gunung
Merapi diterjemahkan sebagai “eyang” yang melenggahinya sedang punya hajat
membangun keraton. Mbah Maridjan yang pantang menggunakan istilah “Gunung
Merapi meletus”, menjelaskan bahwa di saat eyang sedang punya hajat semua orang
di lingkungan Merapi harus sabar, tabah dan tawakal.
Letusan Merapi tahun ini cukup hebat dan berlangsung cukup
lama, konon Eyang Merapi tengah punya HAJAT BESAR yang dimulai sejak tanggal
10-10-2010 lalu. Untuk itu ia mengundang juru kunci Merapi sebagai wakil dari
Keraton Jogjakarta untuk menghadap ke Keratonnya. Mbah Maridjan mungkin sudah
menerima wangsit yang berupa undangan dari Eyang Merapi, maka ia tak beranjak
untuk meninggalkan kediamannya demi menerima undangan sang penguasa Gunung
Merapi itu.
Gunung Merapi dan Mbah Marijan adalah dua hal yang sulit
dipisahkan. Keberadaan lelaki tua Mbah Marijan dan kawan-kawannya itulah
manusia lebih, mau membuka mata dan telinga batinnya untuk melihat apa yang
tidak kasad mata di sekitar Gunung Merapi. Meninggalnya Mbah Maridjan dalam
posisi sujud ke arah selatan menggambarkan bahwa beliau menghormati Keraton
Yogyakarta dan mengabdi sampai akhir hayatnya. Demikianlah cerita mengenai
Keraton Merapi beserta para penjaga – penjaga Merapi yang selalu menjalankan
tugasnya masing – masing.
Daftar Pustaka
http://sosbud.kompasiana.com/2010/11/01/mbah-maridjan-dikawal-ketika-menghadap-eyang-merapi/
http://thephenomena.wordpress.com/2010/11/01/penampakan-mbah-petruk-sebelum-gunung-merapi-meletus/
http://www.wartabola.com/berita-lain/sejarah-gunung-merapi-dari-segi-mistik
http://surabaya-metropolis.com/primbon/gunung-merapi-pusat-keraton-makhluk-halus.html
http://bataviase.co.id/node/450455
Tidak ada komentar:
Posting Komentar